Thursday, March 24, 2011

Untuk Mereka Yang Aku Cintai

Mereka semua jahat kepadaku. Mereka menganggap aku ini manusia sampah. Bukan.. tapi aku adalah tempat sampah.

...

Mereka adalah bekas teman lamaku. Kami biasanya berpergian bersama. Makan bersama, tertawa bersama, beribadah bersama, mengerjakan tugas bersama. Apabila ada salah satu dari kami yang jatuh, maka yang lain pun membantunya untuk bangkit kembali. Kami sama sekali tidak memandang yang mana yang kaya dan yang mana yang miskin. Satu hal yang kami lihat dan junjung tinggi ialah pertemanan yang erat.

Di kala itu, kami semua sangat menikmati hubungan pertemanan kami. Semua seperti berjalan dengan sempurna; tidak ada tangisan, yang ada hanyalah tawa riang. Akan tetapi, setan itu datang mengganggu..
Hubungan kami pun rusak.

***

Ia dengan jahatnya menyuarakan kebencian, menyebar fitnah, dan mulai mengadu domba kami satu sama lain. Kami menjadi pecah, tidak utuh satu seperti dulu. Semua orang membenciku. Aku bingung, mencoba bercermin. Apa yang telah aku lakukan sehingga mereka membenciku? Tidak ada. Yang aku tau, aku selalu berbuat baik pada setiap orang. Aku tidak menuntut balasan dari mereka. Aku juga tidak menghitung berapa banyak kebaikan yang telah aku berikan pada mereka. Semuanya sangat tidak masuk akal.

Kucoba menenangkan diri. Sunyi. Sepi.. dan hening.
Tetapi tidak berjalan. Mereka semua kembali menatapku sinis. "Ya Tuhan, sebenarnya ada apa ini?
Lalu, seseorang menghampiriku dan berkata, 
"Mereka semua membencimu karena mereka membenci dirinya sendiri. Mereka ingin seperti dirimu."
Apa iya?

Aku bukan siapa-siapa. Aku tidaklah sempurna. Kita semua sama, tidak ada yang berbeda... Dan di waktu yang lain, mereka kembali bersikap baik kepadaku. Ini sangat aneh. Bagai serigala liar berhati angsa. Akan tetapi, aku menghiraukan itu semua. Aku kembali bahagia. Kami menikmati kembali pertemanan kami yang indah seperti sedia kala. Namun pada akhirnya, perasaan aneh itu pun datang kembali. Aku bertanya-tanya dalam hati,
"Saat aku berada di puncak gunung yang indah dan cantik, mereka senantiasanya berada di sampingku. Tapi mengapa? Mengapa saat aku terjatuh ke dalam lubang hitam yang sempit dan gelap mereka tidak ada bersamaku?"
Aku menangis meratapi ini semua. Kembali, seseorang yang sama menghampiriku dan berucap,
"Mereka tidaklah seutuhnya berpihak padamu, anak muda. Dengan lembutnya, mereka hanya ingin menghisap madu manismu, lalu meninggalkan bagian pahitnya. Di mata mereka, kamu tidaklah lebih baik dari sebuah tempat sampah."


AC